Incorporation of uracil in DNA

Are vitamin and mineral deficiencies a major cancer risk?
Folate (THF), B6 or B12 deficiencies have all been associated with cancer. Cellular depletion of any of these vitamins can induce DNA damage by causing deoxyuridine (dUTP), instead of deoxythymidine (dTTP), to be incorporated into DNA. Methylene-THF reductase (MTHFR) converts methylene-THF (CH2=THF) to methyl-THF (CH3-THF). The CH2=THF pool is derived from folate and is required for the methylation of deoxyuridine monophosphate (dUMP) to deoxythymidine monophosphate (dTMP) by thymidylate synthetase (TS). Folate deficiency decreases the amount of CH2=THF, causing dUTP to accumulate in DNA (dashed line), rather than dTTP, which results in chromosome breaks7. B6 deficiencies decrease the activity of the enzyme serine hydroxymethyl transferase (SHMT), which is required to produce CH2=THF. The resulting smaller CH2=THF pool results in dUTP incorporation into DNA. Methionine synthetase (MS), a B12 and CH3-THF-dependent enzyme, converts homocysteine to methionine. When B12 is deficient, THF is trapped as CH3-THF. This reduces the size of the CH2=THF pool, leading to increased dUTP incorporation into DNA. When dUTP is incorporated into DNA, it is normally excised by a glycosylase repair enzyme, which induces transient single-strand breaks in the DNA. Two opposing single-strand breaks cause a double-strand chromosome break. Double-strand breaks are difficult for cells to repair, and increase cancer risk51.
klik link lebih lengkap

Senyawa Antikanker dari Benalu Teh

BENALU teh dari spesies Scurrula atropurpurea (BL) DANS merupakan tanaman parasit pada pohon teh (Thea sinensis L). Berbagai spesies benalu sejak zaman dahulu telah digunakan untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit.

BENALU teh dari spesies Scurrula atropurpurea (BL) DANS merupakan tanaman parasit pada pohon teh (Thea sinensis L). Berbagai spesies benalu sejak zaman dahulu telah digunakan untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit. Misalnya Viscum album L var lutecens MAKINO untuk mengobati sakit pinggang dan jamu pascamelahirkan para ibu di Jepang, Viscum album L untuk mengobati kanker di Korea dan Cina, bahkan di beberapa negara Eropa menjadi obat antikanker nonkonvensional dan dijual dengan nama dagang Iscador.

PROFESOR RKY Zee-Cheng dalam tulisannya mengenai penelitian antikanker tanaman benalu dalam jurnal Drugs of the Future mengatakan, pasien penderita kanker yang diberi ekstrak benalu dari spesies Viscum album menunjukkan perbaikan pada DNA dalam limfosit dan sel kekebalan tubuh. Melalui berbagai penelitian yang disarikan oleh Zee-Cheng dari Pusat Medik Universitas Kansas itu, senyawa bioaktif yang berperan sebagai antikanker adalah petida, oligisakharida, alkaloid, polifenol, dan flavanoid.

Masyarakat Indonesia secara turun-temurun juga menggunakan benalu dalam bentuk jamu untuk mengobati berbagai penyakit, termasuk benalu teh untuk mengobati kanker. Dr Retno Murwani MSc dari Universitas Diponegoro pernah menyatakan bahwa benalu teh berkhasiat membunuh sel tumor dan sel kanker fibro sarcoma (Suara Merdeka, 14 Maret 2003).

Baru-baru ini-melalui penelitian intensif selama tiga tahun-tim peneliti dari Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) bekerja sama dengan Prof Hirotaka Shibuya dari Universitas Fukuyama, Jepang, dan Prof Dr Mutsuko Mukai dari Osaka Medical Center, Jepang. Dalam penelitian ini tim telah mengisolasi 16 senyawa dari benalu teh yang merupakan parasit pohon teh di Perkebunan Teh Gunung Mas, Cipanas, Jawa Barat.

Senyawa-senyawa tersebut adalah 6 senyawa asam lemak tak jenuh, 2 senyawa santin, 2 senyawa flavonol glikosida, 4 senyawa flavonol, 1 senyawa lignan glikosida, dan satu senyawa monoterpene glukosida.

HASIL uji bioaktivitas terhadap invasi sel kanker MM1 secara in vitro menggunakan sel kanker MM1 yang diisolasi dari sel Ascites Hepatoma AH 130 pada tikus menunjukkan bahwa satu di antara senyawa tersebut, yaitu octadeca-8,10,12-triynoic acid mampu menghambat invasi sel kanker sebesar 99,4% pada konsentrasi 10 mg/ml. Senyawa ini merupakan asam lemak tak jenuh, mengandung atom karbon 18 dengan ikatan rangkap 3 sebanyak 3 buah pada posisi 8, 10, dan 12.

Atas dasar hasil pengujian tersebut, diyakini bahwa octadeca-8,10,12-triynoic acid merupakan zat aktif antikanker yang terkandung dalam benalu teh. Namun, baik dengan metode pengujian in vitro maupun in vivo yang dikembangkan almarhum Prof Hitoshi Akedo, diketahui bahwa zat ini tidak membunuh sel kanker, melainkan menghambat invasi sel kanker sehingga sel tidak mengalami metastasis.

Metode di atas berbeda dengan uji yang lainnya, seperti penghambatan terhadap protein sintesis, DNA topoisomerase, DNA/RNA sintesis, uji toksisitas, dan lain-lain. Hingga saat ini belum ada obat antikanker yang bekerjanya menghambat invasi sel sehingga penemuan senyawa octadeca-8,10,12-triynoic acid (1) dalam benalu teh yang struktur kimianya relatif sederhana menjadi harapan disintesisnya senyawa antikanker baru yang murah dan sangat dibutuhkan oleh penderita kanker di Indonesia maupun dunia pada umumnya.

Untuk meyakinkan bahwa asam lemak octadeca-8,10,12-triynoic acid tersebut mempunyai aktivitas inhibisi, dan untuk mempelajari efek dari panjang rantai atom karbon serta posisi ikatan rangkapnya, maka metode sintesis perlu dikembangkan.

DENGAN strategi sintesis yang relatif sederhana, tim peneliti Batan berhasil menyintesis lima senyawa analog alkynic C-16 fatty acid, yaitu hexadec-8-ynoic acid (2), hexadec-10-ynoic acid (3), hexadeca-8,10-diynoic acid (4), hexadeca-6,8,10-triynoic acid (5), dan hexadeca-8,10,12-triynoic acid (6).

Uji bioaktivitas dengan cara yang sama menggunakan sel kanker MM1 menunjukkan bahwa senyawa yang mengandung 3 ikatan rangkap tiga, seperti halnya senyawa yang diisolasi dari benalu teh, yaitu hexadeca-6,8,10-triynoic acid (5) dan hexadecadeca-8,10,12-triynoic acid (6) memberikan nilai inhibisi yang hampir sama dengan senyawa 1, sedangkan senyawa 2, 3, dan 4 masing-masing mengandung satu dan dua ikatan rangkap tiga memberikan nilai inhibisi lebih rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tiga buah ikatan rangkap tiga pada senyawa tersebut merupakan hal esensial pada peningkatan aktivitas penghambatan invasi sel kanker.

Meskipun penelitian ini memberikan hasil yang cukup menggembirakan, masih perlu pengkajian lebih lanjut, terutama uji secara klinis yang memerlukan kerja sama berbagai pihak terkait, misalnya Depkes, Rumah Sakit Kanker, dan industri farmasi.

Namun, karena harganya masih mahal, alangkah baiknya apabila inovasi obat-obat antikanker yang murah dan mudah dibuat diprioritaskan oleh perusahaan farmasi nasional. Apalagi ada banyak spesies benalu teh, seperti Scurrula atropurpurea, S ortiana, S junghunii, S parasitica, Dendropthoe petandra, dan masih banyak lagi.

Tim hanya meneliti Scurrula atropurpurea, sedangkan spesies lainnya belum dipastikan apakah mengandung bahan aktif atau tidak. Bagi masyarakat yang menggunakan ramuan benalu teh dengan membeli di berbagai tempat, hendaknya perlu berhati-hati karena spesiesnya cukup banyak. Soalnya, spesies benalu yang ini sering kali bercampur dengan daun teh sebagai inangnya, bahkan benalu lain, misalnya benalu mangga, yang belum diketahui manfaat dan kandungan senyawa aktifnya

Protein Anti Kanker Memerangi HIV?

Protein Anti Kanker Memerangi HIV?
Perkembangan HIV – commons.wikipedia.org

Sebuah protein yang lebih dikenal sebagai penekan kanker bisa memungkinkan beberapa orang yang terinfeksi HIV untuk menghentikan virus tersebut untuk selamanya, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian baru.

Produksi berlebihan protein ini yang disebut p21 terjadi pada sekelompok orang yang positif HIV yang jarang mengembangkan AIDS, menurut laporan para ilmuwan dalam pertemuan Himpunan Penyakit Menular Amerika pada tanggal 21 Oktober.

Beberapa pasien HIV yang dijuluki nonprogresor jangka panjang terinfeksi dengan HIV tapi nampaknya kebal terhadap pengaruhnya. Walaupun penelitian telah menunjukkan faktor-faktor yang dapat memisahkan para pasien yang beruntung ini dari kebanyakan pasien HIV, pokok-pokok yang menggarisbawahi resistensi mereka masih harus diteliti dengan seksama. “Ini merupakan kelompok khusus pasien yang secara spontan mampu mengontrol HIV dan tidak sakit karenanya,” kata dokter Mathias Lichterfeld dari Harvard Medical School dan Massachusetts General Hospital di Boston yang mempresentasikan data baru tersebut.

Pada studi baru tersebut, para peneliti membandingkan empat kelompok orang yaitu 14 orang yang negatif HIV, 16 orang dengan HIV yang sedang dalam proses, 10 orang dengan HIV yang menjalani perawatan dan 15 orang yang infeksi HIVnya sama sekali terhenti. Kelompok terakhir ini termasuk nonprogresor yang sangat ahli menghentikan infeksi HIV sampai-sampai tidak ada virus yang terdeteksi oleh tes rutin. (Para peneliti memastikan infeksi dengan menguji antibodi terhadap HIV). Para ilmuwan menyebut kelompok pasien tersebut para “pengontrol elit”. “Mereka terdiri dari satu atau kurang dari satu persen orang-orang yang terinveksi HIV,” tutur Lichterfeld.

Para peneliti memperoleh sel-sel imun yang disebut Sel-sel T CD4 (merupakan sasaran utama HIV) dari semua relawan dan memberikannya ke laboratorium untuk diperiksa. Hasil tes menunjukkan bahwa para pengontrol elit memiliki Sel-sel T CD4 yang menghasilkan 10 hingga 100 kali lipat lebih banyak p21 ketimbang orang-orang yang berada pada ketiga kelompok lain. “Hal itu bukanlah perbedaan kecil. Hal tersebut cukup luar biasa,” kata Lichterfeld.

Ketika para peneliti menempatkan sel-sel ini ke piringan laboratorium dan memeriksa serangan HIV, sel-sel yang berisi p21 menghentikan virus tersebut.

“Data ini menunjukkan bahwa protein ini bisa mencegah HIV,” kata Lichterfeld. Akan tetapi dia memperhatikan bahwa mekanisme kerja p21 melakukan hal ini dan bahkan bagaimana sel-sel ini menghasilkan jumlah ekstra protein masih belum sepenuhnya dimengerti. Mungkin ada variasi genetik yang terlibat, katanya.

“protein tersebut mungkin menawarkan cara alternatif untuk mengontrol HIV jika kita bisa menemukan cara untuk memanipulasi protein p21 ini pada pasien,” katanya. Namun menggunakan p21 sebagai alat mungkin tidak segampang seperti memberikan protein tersebut kepada orang-orang.

“Fakta bahwa peristiwa itu terjadi di alam merupakan sesuatu yang memberikan harapan yaitu anda memiliki sebuah contoh alami,” kata Joel Gallant yang merupakan seorang dokter penyakit menular yang ahli dalam HIV di Universitas Johns Hopkins di Baltimore. Walaupun banyak pertanyaan yang perlu dijawab sebelum menemukan cara untuk menggunakan p21 secara klinis, hal ini bisa saja sangat penting suatu hari untuk pengontrolan HIV yang lebih baik,” tuturnya.

http://www.idsociety.org/

Tetrahidrofuran

Tetrahidrofuran, atau dikenal sebagai THF, adalah senyawa organik heterosiklik dengan rumus kimia (CH2)4O). Ia berupa cairan berviskositas rendah dan memiliki aroma seperti dietil eter. Ia termasuk dalam molekul eter yang paling polar. THF adalah analog yang terhidrogenasi dari senyawa aromatik furan.

Sifat-sifat pelarut

THF adalah pelarut aprotik dengan tetapan dielektrik 7,6. Ia memiliki kepolaran yang sedang dan melarutkan berbagai macam senyawa nonpolar maupun polar.

Dietil eter sering digantikan oleh THF ketika diperlukan pelarut bertitik didih lebih tinggi. Oleh karena itu, seperti dietil eter, ia sering digunakan dalam hidroborasi untuk sintesis alkohol primer. Kedua eter tersebut memiliki atom oksigen yang dapat berkoordinasi dengan atom boron yang kekurangan elektron membentuk aduk. Selain itu, THF dan dietil eter juga sering digunakan sebagai pelarut reagen Grignard karena atom oksigen pelarut dapat berkoordinasi dengan ion magnesium dari reagen Grignard. Atom oksigen pada THF dan dietil eter juga tidak memiliki hidrogen asam yang dapat mengalami reaksi asam-basa dengan reagen Grignard. 2-metiltetrahidrofuran merupakan alternatif THF yang populer, ia memiliki sifat yang sama dengan THF, namun memiliki titik leleh yang lebih rendah (digunakan untuk reaksi bertemperatur rendah) dan titik didih yang lebih tinggi (digunakan untuk retensi pelarut pada refluks).

THF sering digunakan dalam ilmu polimer. Ia dapat digunakan untuk melarutkan karet sebelum dilakukan penentuan massa molekul menggunakan kromatografi permeasi gel. THF juga melarutkan PVC.

THF dapat dipolimerisasikan menggunakan asam kuat, menghasilkan polimer linear yang disebut poli(tetrametilena eter) glikol (PTMEG), Nomor Registrasi CAS [25190-06-1], juga dikenal sebagai PTMO, politetrametilena oksida. Kegunaan utama dari polimer ini adalah untuk membuat serat poliuretana elastomerik seperti Spandex.[1].

Pembuatan

THF dapat disintesis dari hidrogenasi katalitik furan[2].

Proses pembuatan THF dalam industri menggunakan dehidrasi 1,4-butanadiol dengan katalis asam[3]. Du Pont mengembangkan proses produksi THF dengan mengoksidasi n-butana menjadi maleat anhidrida kasar, diikuti dengan hidrogenasi maleat anhidrida menjadi THF.[3][4]

Wewanti

THF cenderung membentuk peroksida jika disimpan dalam udara. Oleh karena itu THF tidak boleh didistilasi sampai kering, yang dapat meninggalkan residu peroksida yang mudaj meledak. THF komersial sering memakai BHT untuk mencegah pembentukan peroksida.

Lihat pula

  • Campuran Trapp yang memperluas jangkauan temperatur THF sebagai pelarut.

Referensi

  1. ^ “Polyethers, Tetrahydrofuran and Oxetane Polymers by Gerfried Pruckmayr, P. Dreyfuss, M. P. Dreyfuss”. Kirk‑Othmer Encyclopedia of Chemical Technology. (1996). John Wiley & Sons, Inc.
  2. ^ Morrison, Robert Thornton; Boyd, Robert Neilson: Organic Chemistry, 2nd ed., Allyn and Bacon 1972, p 569
  3. ^ a b “Ethers, by Lawrence Karas and W. J. Piel”. Kirk‑Othmer Encyclopedia of Chemical Technology. (2004). John Wiley & Sons, Inc. Diakses pada 2007-09-05.
  4. ^ Merck Index of Chemicals and Drugs, 9th ed. monograph 8929
  • Loudon, G. Mark. Organic Chemistry 4th ed. New York: Oxford University Press. 2002. pg 318.
Tetrahidrofuran
Gambar
Gambar
Identifikasi
Nomor CAS [109-99-9]
Nomor RTECS LU5950000
SMILES C1CCCO1
Sifat
Rumus molekul C4H8O
Massa molar 72,11 g/mol
Penampilan cairan tak berwarna
Densitas 0,8892 g/cm3 @ 20 °C, cair
Titik leleh -108,4 °C (164,75 K)
Titik didih 66 °C (339,15 K)
Kelarutan dalam air tercampur penuh
Viskositas 0,48 cP pada 25 °C
Struktur
Bentuk molekul sampul
Momen dipol 1,63 D (gas)
Bahaya
Klasifikasi EU Mudah terbakar (F)
Iritan (Xi)
NFPA 704
NFPA 704.svg
3
2
0
Frasa-R R11, Templat:R19, Templat:R36/37
Frasa-S S16, S29, S33
Titik nyala -14 °C
Senyawa terkait
Heterolingkar terkait Furan
Pirolidina
Dioksana
Senyawa terkait Dietil eter
Kecuali dinyatakan sebaliknya, data di atas berlaku
pada temperatur dan tekanan standar (25°C, 100 kPa)
Sangkalan dan referensi

Pisang, penghasil zat TNF penangkal sel jahat

Pisang yang semakin matang pada permukaan kulitnya akan semakin banyak bercak-bercak (bintik-bintik) hitam. Ternyata ini akan melindungi kita dari penyakit. Orang Jepang suka makan pisang bukan tidak ada alasannya, dewasa maupun anak-anak suka makan pisang. Sangat gampang, 5 buah setiap hari, penyakit akan menjauh. Berdasarkan hasil penelitian ilmiah para ilmuwan Jepang, ditemukan bahwa dalam pisang terdapat zat TNF yang berfungsi menangkal sel jahat. Selain itu, semakin matang pisang semakin tinggi pula khasiatnya untuk menangkal sel jahat.

 

Profesor Senji dari Universitas Tokyo Jepang mengadakan penelitian menggunakan hewan, membandingkan hasilnya dengan memberi makan pisang, anggur, apel, semangka, nangka, pear dan berbagai macam buah-buahan untuk mengujinya. Hasilnya membuktikan di antara buah-buahan tersebut pisang lah yang terbaik khasiatnya. Pisang bisa menambah sel darah putih, dapat mengganti sel-sel yang rusak, selain itu juga menghasilkan zat TNF yang menangkal sel-sel jahat. Penelitian dan pengujian sang profesor juga menemukan, kulit luar pisang yang semakin makin matang akan timbul bercak-bercak (bintik-bintik) hitam, dapat memperpanjang umur hidup.

Oleh sebab itu, mulai saat ini ayo kita sering makan pisang yang lebih matang!

Pisang tidak akan mengakibatkan sel darah putih tiba-tiba bertambah banyak dalam sekejap tapi pada saat sel darah putih berkurang otomatis bertambah sendiri. Maka, para peneliti beranggapan, pisang bisa melindungi kita dari penyakit sehingga memperpanjang umur dengan memberikan daya tahan tubuh yang tinggi. Demikian juga bagi orang sakit, orang tua dan orang yang daya tahan tubuhnya kurang, akan lebih baik makan pisang kuning untuk kesehatan tubuh.

Maka, setiap hari, lebih baik kita makan pisang matang 1-2 buah per hari, demi meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit, terlebih lagi mencegah penularan wabah flu yang berjangkit saat ini (burung, babi). Petunjuk sang profesor Senji, kulit pisang yang menguning itu timbul bercak (bintik) hitam, kemampuan menambah sel darah putih lebih baik, 8 kali lipat daripada pisang berkulit masih hijau.

Semoga artikel ini bermanfaat.